Rabu, 21 Agustus 2013

Taman Purbakala kerajaan Sriwijaya ( T.P.K.S )



Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya atau TPKS di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Gandus, ramai pengunjung pada hari libur. Kebanyakan pengunjung adalah remaja. Mereka asyik bercengkerama di bawah pepohonan. Situs itu terletak sekitar lima kilometer sebelah barat pusat Kota Palembang. Situs Karanganyar merupakan bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang masih bisa disaksikan. Situs dikelilingi kanal-kanal. Diduga kanal-kanal tersebut dibuat pada masa Sriwijaya untuk jalur transportasi, mengatur banjir, atau sebagai benteng.

Di Kampung Kedukan Bukit, beberapa ratus meter dari Situs Karanganyar, ditemukan Prasasti Kedukan Bukit. Isinya tentang keberhasilan Dapunta Hyang, penguasa Sriwijaya, menaklukkan negeri jajahan. Prasasti Kedukan Bukit berangka tahun 682 Masehi, lebih tua dari prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 Masehi.

Namun, ketika Kompas menanyai beberapa remaja yang berwisata ke Situs Karanganyar, mereka mengaku tidak tahu tentang sejarah situs tersebut. Di lokasi situs tidak ada informasi yang memberikan petunjuk tentang Situs Karanganyar.

Beberapa bangunan yang terdapat di situs tersebut, seperti menara pandang dan gedung untuk menyimpan benda bersejarah, tampak terbengkalai.

Seorang pengunjung bernama Nova (17), siswi kelas XI, mengaku tak tahu bahwa Situs Karanganyar adalah situs bersejarah. Kata Nova, sejarah Sriwijaya pernah dipelajarinya saat kelas 10, tetapi saat ini dia sudah lupa.

Desi (17), teman Nova, hanya tahu bahwa situs Karanganyar merupakan bekas lokasi Kerajaan Sriwijaya. Desi pun belum pernah masuk ke dalam museum yang ada di kompleks TPKS.

Bukti keberadaan Sriwijaya di Palembang memang tidak banyak yang bisa disaksikan. Situs Karanganyar yang hanya berjarak beberapa kilometer dari pusat kota Palembang pun tak banyak dilirik.

Remaja yang mendatangi Situs Karanganyar bukannya belajar tentang sejarah Sriwijaya, tetapi justru pacaran atau malahan kebut-kebutan memakai sepeda motor.

Perlu gebrakan Kepala Balai Arkeologi Palembang Nurhadi Rangkuti mengungkapkan, permukiman, istana, dan candi pada masa Sriwijaya tidak meninggalkan jejak karena rumah yang dibangun adalah rumah panggung dari kayu. Rumah panggung paling sesuai dengan kondisi alam berupa rawa dan sungai. Adapun tanah kering digunakan untuk membangun candi dengan bentuk seadanya.

Menurut Nurhadi, TPKS dirancang sebagai sumber informasi tentang Sriwijaya sejak tahun 1990-an. Konsep pusat informasi Sriwijaya lebih dulu muncul daripada Pusat Informasi Majapahit (PIM) yang sedang dibangun di Mojokerto, Jawa Timur, meskipun sekarang gaung pusat informasi Sriwijaya meredup.

”Perlu ada tokoh yang mendorong supaya keberadaan TPKS lebih bergaung,” ujarny

1 komentar: