JUDUL: KARLSSON SI MANUSIA
ATAP
PENULIS: ASTRID LINDGREN
PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TAHUN: 2007
HALAMAN: 168
Saya ngasih bintang lima bukan buat si Karlsson yang nyebelin dan bermulut besar itu, tapi buat Astrid Lindgren yang (lagi-lagi) berhasil membuat cerita anak yang keren. Karakter yang muncul dalam novelnya tidak hitam dan tidak putih. Semua sangat manusiawi. Lillebror, Bosse, Bettan, Krister, Gunilla, Mr dan Mrs Svantesson. Dialog-dialognya cerdas. Pertanyaan-pertanyaan Lillebror, jawaban-jawaban Mr dan Mrs Svantesson, atau kejahilan Bosse dan Bettan. Dalam ceritanya, Lindgren tidak lantas membuat pembaca membenci Bosse atau Bettan karena sering mengejek Lillebror, atau ikut memusuhi Krister yang sering berbicara dan memamerkan anjingnya, Joffa.
Libreror eh, maksud saya Lillebror (sering keseleo ah nyebutnya) merupakan bocah berumur tujuh tahun, bungsu dari keluarga Svantesson. Lillebror punya dua saudara, Bosse dan Bettan. Mereka suka mengejek dan menjahili Lillebror. Sebenarnya Lillebror tidak sendirian apalagi kesepian, dia punya teman, tapi lebih sering pulang ke rumah dengan benjol di dahinya, sementara kedua saudaranya tidak bisa menjadi "temannya" karena mereka selalu menganggap Lillebror masih kecil. Suatu hari, seorang laki-laki aneh muncul di depan jendela kamarnya. Laki-laki itu pendek, gemuk, bulat dan berlagak seperti bos dan mengucapkan sapaan, Haisan, hopsan!
Sebenarnya Karlsson hanya laki-laki gemuk biasa, tidak istimewa, kalau saja dia tidak mempunyai baling-baling di punggungnya dan tidak berbicara terlalu banyak tentang rumah mungilnya yang berada di atas atap. Karlsson terlalu percaya diri ketika berbicara tentang umur, berat badan, dan mainan-mainan hebat yang dia punyai, dan sama sekali tidak merasa bersalah ketika merusak mainan Lillebror. Mengherankan memang, bagaimana mungkin Lillebror yang tidak pernah mau kalah dari teman-temannya dan selalu bisa membalas ejekan saudara-saudaranya mau berteman dengan Karlsson yang rakus, pelit, licik, pembual, dan perusak itu?
Mungkin saja karena sebenarnya sifat Karlsson mirip dengan Lillebror. Kok? (diprotes orang sekampung)
Sebagai bungsu, Lillebror sedikit egois, sering pula sembarang menyahut atau berbicara, keras kepala, tidak mau mendengar bila sedang kesal dan tentu saja nakal. Ibu menarik napas dalam-dalam. Sudah jelas bukan hanya Krister yang perlu dijewer! Anak kesayangannya ternyata sama nakalnya (Hal. 51). Selain itu selama ini Lillebror selalu dianggap kecil dan tidak dipercaya melakukan apa pun tanpa pengawasan orang dewasa, padahal dia ingin melakukan sesuatu dengan bebas tanpa larangan seperti yang selalu didengarnya selama ini. “Jangan, tidak boleh, ayahku tidak mengijinkan!” kata Lillebror. “Aku hanya boleh memainkan kereta itu bersama Ayah atau Bosse.” (Hal. 13). Itu sebabnya dia merindukan Karlsson yang bebas dan bisa melakukan apa pun yang dia mau.
Lalu, Karlsson itu benar-benar ada atau ga sih? Hmmm...#ngelirik teman yang tadi manyun#
“Janji yah!” kata ayah ketika mereka menutup pintu kamar Lillebror. “Kalian semua harus janji, jangan sekali-kali cerita kepada siapa pun tentang Karlsson. Ingat, jangan pernah cerita kepada seorang pun!”
PENULIS: ASTRID LINDGREN
PENERBIT: GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TAHUN: 2007
HALAMAN: 168
Saya ngasih bintang lima bukan buat si Karlsson yang nyebelin dan bermulut besar itu, tapi buat Astrid Lindgren yang (lagi-lagi) berhasil membuat cerita anak yang keren. Karakter yang muncul dalam novelnya tidak hitam dan tidak putih. Semua sangat manusiawi. Lillebror, Bosse, Bettan, Krister, Gunilla, Mr dan Mrs Svantesson. Dialog-dialognya cerdas. Pertanyaan-pertanyaan Lillebror, jawaban-jawaban Mr dan Mrs Svantesson, atau kejahilan Bosse dan Bettan. Dalam ceritanya, Lindgren tidak lantas membuat pembaca membenci Bosse atau Bettan karena sering mengejek Lillebror, atau ikut memusuhi Krister yang sering berbicara dan memamerkan anjingnya, Joffa.
Libreror eh, maksud saya Lillebror (sering keseleo ah nyebutnya) merupakan bocah berumur tujuh tahun, bungsu dari keluarga Svantesson. Lillebror punya dua saudara, Bosse dan Bettan. Mereka suka mengejek dan menjahili Lillebror. Sebenarnya Lillebror tidak sendirian apalagi kesepian, dia punya teman, tapi lebih sering pulang ke rumah dengan benjol di dahinya, sementara kedua saudaranya tidak bisa menjadi "temannya" karena mereka selalu menganggap Lillebror masih kecil. Suatu hari, seorang laki-laki aneh muncul di depan jendela kamarnya. Laki-laki itu pendek, gemuk, bulat dan berlagak seperti bos dan mengucapkan sapaan, Haisan, hopsan!
Sebenarnya Karlsson hanya laki-laki gemuk biasa, tidak istimewa, kalau saja dia tidak mempunyai baling-baling di punggungnya dan tidak berbicara terlalu banyak tentang rumah mungilnya yang berada di atas atap. Karlsson terlalu percaya diri ketika berbicara tentang umur, berat badan, dan mainan-mainan hebat yang dia punyai, dan sama sekali tidak merasa bersalah ketika merusak mainan Lillebror. Mengherankan memang, bagaimana mungkin Lillebror yang tidak pernah mau kalah dari teman-temannya dan selalu bisa membalas ejekan saudara-saudaranya mau berteman dengan Karlsson yang rakus, pelit, licik, pembual, dan perusak itu?
Mungkin saja karena sebenarnya sifat Karlsson mirip dengan Lillebror. Kok? (diprotes orang sekampung)
Sebagai bungsu, Lillebror sedikit egois, sering pula sembarang menyahut atau berbicara, keras kepala, tidak mau mendengar bila sedang kesal dan tentu saja nakal. Ibu menarik napas dalam-dalam. Sudah jelas bukan hanya Krister yang perlu dijewer! Anak kesayangannya ternyata sama nakalnya (Hal. 51). Selain itu selama ini Lillebror selalu dianggap kecil dan tidak dipercaya melakukan apa pun tanpa pengawasan orang dewasa, padahal dia ingin melakukan sesuatu dengan bebas tanpa larangan seperti yang selalu didengarnya selama ini. “Jangan, tidak boleh, ayahku tidak mengijinkan!” kata Lillebror. “Aku hanya boleh memainkan kereta itu bersama Ayah atau Bosse.” (Hal. 13). Itu sebabnya dia merindukan Karlsson yang bebas dan bisa melakukan apa pun yang dia mau.
Lalu, Karlsson itu benar-benar ada atau ga sih? Hmmm...#ngelirik teman yang tadi manyun#
“Janji yah!” kata ayah ketika mereka menutup pintu kamar Lillebror. “Kalian semua harus janji, jangan sekali-kali cerita kepada siapa pun tentang Karlsson. Ingat, jangan pernah cerita kepada seorang pun!”
“Memangnya kenapa?” tanya Bosse.
“Pasti takkan ada yang percaya,” kata Ayah. “Lagipula, seandainya mereka percaya, hidup mereka nanti pasti tidak bakalan tenang semenit pun.” (hal.161)
Jadi.... Silahkan menebak sendiri, hahahaha.... =))
0 komentar:
Posting Komentar